Perbedaan LFP dan Nikel pada Baterai Mobil Listrik yang Dibahas Saat Debat Cawapres

Debat Cawapres yang lalu, Gibran menanyakan kepada Cak Imin, tentang LFP (Lithium, Fero, Phosphate) yang sering digaungkan oleh Tim Sukses Kampanye Anies Baswedan.

LFP, sebagaimana dijelaskan Gibran, adalah unsur umum dalam baterai kendaraan listrik jenis lithium-ion. Selain untuk kendaraan listrik, baterai LFP juga umum digunakan dalam penyimpanan energi untuk perangkat elektronik. Sementara itu Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, sehingga akan bersaing dalam pemasok baterai kendaraan listrik jika banyak merek mobil beralih dari nikel ke LFP.

Lalu apa perbedaan LFP dengan Nikel?

Beberapa produsen mobil listrik yang beredar di Indonesia, seperti Wuling Air Ev, Binguo EV, serta BYD Atto, Seal, dan Dolphin, telah mengadopsi baterai LFP. Sementara mobil listrik Hyundai Ioniq 5 dan Toyota Innova Zenix Hybrid masih menggunakan teknologi baterai dengan campuran NMC (Nikel, Mangan, Cobalt).

Rizal Kasli, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), menyatakan, “Penggunaan LFP karena lebih murah dan tidak tergantung pada nikel dan kobalt yang mana diperkirakan akan mengalami kelangkaan dan kenaikan harga di masa depan.”

Baterai LFP cenderung lebih tahan terhadap suhu tinggi dan lebih ekonomis 20% dibandingkan baterai berbasis nikel. Meskipun begitu, jarak tempuh baterai LFP lebih pendek dibandingkan baterai nikel. Sementara Nikel adalah unsur logam yang umum dijumpai di bumi dan merupakan konduktor listrik dan panas yang baik.

Mengutip CEO Tesla Elon Musk pada Automotive News, mayoritas proyek elektrifikasi saat ini mengadopsi LFP atau baterai berbasis besi. Bahkan, dalam master plannya yang baru-baru ini dirilis oleh Tesla, perusahaan tersebut berencana untuk menggunakan baterai LFP untuk truk listrik berat jarak pendek yang dikenal dengan sebutan Semi Light.

Kebutuhan ini dianggap sesuai dengan situasi di pasar mobil listrik yang masih dianggap mahal di berbagai negara di seluruh dunia. Meskipun memiliki daya jangkau yang lebih pendek, hal ini dianggap tidak menjadi masalah besar karena saat ini stasiun pengisian daya kendaraan listrik semakin banyak tersebar di berbagai negara.

Sponsor: Baca berita yang up to date, independent, dan terpercaya di indonesiapublisher.com

Related Posts

Berikan Komentar