Proses pengalokasian investasi Tesla di Indonesia menghadapi beberapa tantangan. Meskipun pemerintah telah berkomunikasi dengan Elon Musk sejak tahun 2020, hingga saat ini belum ada kepastian mengenai hal tersebut. Apa yang menjadi penyebabnya?
Menurut Evvy Kartini, pendiri National Battery Research Institute, ada beberapa “perbedaan pandangan” yang berkaitan dengan masalah Environment, Social, dan Governance (ESG) yang menjadi alasan mengapa investasi Tesla belum terealisasi. Elon Musk menginginkan produksi dan operasional kendaraan listrik yang bersih, namun situasinya di Indonesia masih belum sepenuhnya memenuhi kriteria tersebut. Salah satu contohnya adalah penggunaan energi yang masih bersumber dari sumber non-hijau di sektor hilir, yang berkontradiksi dengan visi Tesla untuk menghadirkan kendaraan listrik yang benar-benar ramah lingkungan.
Evvy menambahkan, Elon Musk ingin memastikan bahwa proses penambangan dilakukan dengan menggunakan energi bersih untuk menyokong misi kendaraan listrik yang ramah lingkungan. Di Indonesia, masih terdapat penggunaan energi fosil dalam penyediaan listrik, yang bertentangan dengan keinginan Tesla untuk meminimalisir dampak lingkungan.
Walaupun demikian, Evvy meyakini bahwa sebenarnya Elon Musk ingin berinvestasi di Indonesia. Namun, CEO Tesla ini juga mempertimbangkan negara lain yang dianggap memiliki potensi yang lebih menjanjikan, seperti India dan Australia.
Pendapat Evvy ini berbeda dengan pandangan Tubagus Nugraha, Asisten Deputi Pertambangan Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves). Tubagus Nugraha membantah bahwa keraguan Tesla untuk masuk ke Indonesia disebabkan oleh faktor ESG. Menurutnya, rencana investasi Tesla di Indonesia masih sedang dalam tahap pembahasan dan menunggu kepulangan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan dari Amerika Serikat (AS) untuk mendapatkan kepastian lebih lanjut.
Berikan Komentar